Jumat, 25 April 2014

Artikel Sejarah Kartini

Sejarah Kartini




                 




Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Kartini dikenaln sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Ibunya bernama M.A Ngasirah, putrid dari nyai haji Siti Aminah dan Kyai haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, jepara.
            Karena M.A Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan, keturunan langsung raja Madura. Dan ayah kartini diangkat menjadi bupati dijepara menggantikan  kedudukan ayah kandung.
            Kartini adalah anak ke 5 dari 4 bersaudara kandung dan tiri. Karena kartini bisa berbahasa belanda, maka dirumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman yang berasal dari belanda.
            Kartini banyak membaca surat kabar semarang De Locamotief yang diasuh Pieter Brooshooft, dan menerima paket majalah yang diedarkan di took buku kepada langganan. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di DeHollandsche Lelie.
            Kartini disuruh menikah dengan bupati rembang, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki 3 istri. Dan menikah pada tanggal 12 november 1930. Kartini didukung suaminya untuk  mendirikan sekolah wanita diseelah timur pintu gerbang kompleks  kantor kabupaten Rembang. R.M. Soesalit, anak pertama sekaligus  terakhirnya yang lahir pada tanggal 13 september 1904. Pada tanggal 17 september 1904, kartini meninggal pada usia 25 tahun dan dimakamkan di desa Bulu, kecamatan Bulu, Rembang.